DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN PUPUK KIMIA DAN ANJURAN MENGGUNAKAN ACI
 BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk kimia mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an, untuk meningkatkan hasil pertanian yang sebelumnya hanya melakukan pemupukan secara tradisional. Pada awalnya tidak banyak petani yang langsung percaya. Akan tetapi setelah diedukasi melalui penyuluhan-penyuluhan, bimbingan masyarakat, dan terbukti peningkatan yang signifikan, maka berbondong-bondong petani mulai mengaplikasikan pupuk kimia, hingga akhirnya diterapkan hampir di seluruh pelosok nusantara.
1.1 Latar Belakang
Pupuk kimia mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an, untuk meningkatkan hasil pertanian yang sebelumnya hanya melakukan pemupukan secara tradisional. Pada awalnya tidak banyak petani yang langsung percaya. Akan tetapi setelah diedukasi melalui penyuluhan-penyuluhan, bimbingan masyarakat, dan terbukti peningkatan yang signifikan, maka berbondong-bondong petani mulai mengaplikasikan pupuk kimia, hingga akhirnya diterapkan hampir di seluruh pelosok nusantara.
Beberapa tahun pertama memang peningkatan panen sangat terasa 
manfaatnya. Program modernisasi pertanian mampu menjawab satu tantangan 
ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang kian hari terus meningkat. 
Namun setelah belasan tahun penerapan pupuk kimia, penggunaan pupuk 
kimia mulai terlihat dampak dan efek sampingnya. Bahan kimia sintetik 
yang digunakan dalam pertanian seperti pupuk dan pestisida telah merusak
 struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida diyakini telah 
merusak ekosistem dan habitat beberapa binatang yang justru 
menguntungkan petani sebagai predator hama tertentu. Di samping itu 
pestisida telah menyebabkan imunitas pada beberapa hama. Lebih lanjut 
resiko kerusakan ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya 
penurunan produksi membuat ongkos produksi pertanian cenderung 
meningkat. Akhirnya terjadi inefisiensi produksi dan melemahkan 
kegairahan bertani.
Pupuk kimia yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian mulai menunjukkan penurunan hasil. Untuk mengembalikan produktivitas, petani mulai menambah dosis pupuk kimianya sehingga lama kelamaan biaya operasional jadi meningkat, dan keuntungan petani semakin merosot. Dari tahun ke tahun hasil produksi menyusut bahkan kini di beberapa daerah hasil pertanian sudah lebih rendah daripada sebelum menggunakan pupuk kimia saat beberapa puluh tahun lalu
Pupuk kimia yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian mulai menunjukkan penurunan hasil. Untuk mengembalikan produktivitas, petani mulai menambah dosis pupuk kimianya sehingga lama kelamaan biaya operasional jadi meningkat, dan keuntungan petani semakin merosot. Dari tahun ke tahun hasil produksi menyusut bahkan kini di beberapa daerah hasil pertanian sudah lebih rendah daripada sebelum menggunakan pupuk kimia saat beberapa puluh tahun lalu
1.2 Perumusan masalah
Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia telah berubah menjadi lahan kritis akibat pencemaran dari limbah industri/pabrik dan pemakaian pupuk anorganik/kimia yang terlampau banyak secara terus menerus sehingga membuat unsur hara tanah semakin menurun.
Lahan pertanian yang sudah masuk dalam kondisi kritis mencapai 66% dari kurang lebih 7 juta lahan pertanian yang ada di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan, produktivitas lahan akan terus menurun dan akhirnya lahan tersebut sendiri akan mati.
Langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan 
penggunaan pupuk organik untuk mengganti penggunaan pupuk 
anorganik/kimia pada tanah pertanian. Penggunaan pupuk organik 
bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga
 dosis pupuk & akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan 
penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi.
1.3 Tujuan
Penulis menginginkan para pembaca mengerti mengenai masalah lahan pertanian di Indonesia yang semakin kritis karena tingginya pemakaian pupuk kimia. Penulis menginginkan para pembaca mengetahui dampak pencemaran tanah yang disebabkan oleh pupuk kimia secara rinci. Dan juga supaya para pembaca mengetahui langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi pencemaran tanah, khususnya lahan pertanian karena penggunaan pupuk tersebut.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu agar kita mengetahui bahaya yang mengancam kesehatan yang disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia yang berlebih.
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Pupuk Organik
Menurut Sutanto Rachman (2002) pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah) (Suriadikarta dkk, 2006).
Menurut Sutanto Rachman (2002) pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah) (Suriadikarta dkk, 2006).
2.2 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
BAB III. HASIL
3.1  Sejarah Pupuk
Proses penambahan zat untuk tanah untuk meningkatkan kapasitasnya semakin dikembangkan pada hari-hari awal pertanian. Petani kuno tahu bahwa hasil pertama pada sebidang tanah jauh lebih baik daripada tahun-tahun berikutnya. Hal ini menyebabkan mereka pindah ke yang baru, digarap daerah, yang kembali menunjukkan pola yang sama dari hasil berkurang dari waktu ke waktu. Akhirnya ditemukan bahwa pertumbuhan tanaman di sebidang tanah dapat ditingkatkan dengan menyebarkan hewan kotoran seluruh tanah.
Proses penambahan zat untuk tanah untuk meningkatkan kapasitasnya semakin dikembangkan pada hari-hari awal pertanian. Petani kuno tahu bahwa hasil pertama pada sebidang tanah jauh lebih baik daripada tahun-tahun berikutnya. Hal ini menyebabkan mereka pindah ke yang baru, digarap daerah, yang kembali menunjukkan pola yang sama dari hasil berkurang dari waktu ke waktu. Akhirnya ditemukan bahwa pertumbuhan tanaman di sebidang tanah dapat ditingkatkan dengan menyebarkan hewan kotoran seluruh tanah.
Seiring berjalannya waktu, teknologi pupuk menjadi lebih halus. Zat 
baru yang meningkatkan pertumbuhan tanaman ditemukan. Orang Mesir 
diketahui telah menambahkan abu dari membakar gulma ke tanah. 
Tulisan-tulisan Yunani dan Romawi kuno menunjukkan bahwa kotoran hewan 
yang digunakan, tergantung pada jenis tanah atau tanaman tumbuh. Itu 
juga diketahui saat ini bahwa tumbuh tanaman polongan di lahan sebelum 
penanaman gandum adalah menguntungkan. Jenis lain dari bahan ditambahkan
 termasuk kerang laut, tanah liat, limbah sayuran, limbah dari proses 
manufaktur yang berbeda, dan lain berbagai macam sampah.
Penelitian disusun dalam teknologi pupuk dimulai pada awal abad 
ketujuh belas. Awal ilmuwan seperti Francis Bacon dan Johann Glauber 
menjelaskan efek menguntungkan dari penambahan sendawa ke tanah. Glauber
 mengembangkan pupuk mineral lengkap pertama, yang merupakan campuran 
sendawa, kapur, asam fosfat, nitrogen, dan kalium. Seperti teori-teori 
ilmiah yang dikembangkan kimia, kebutuhan kimia tanaman ditemukan, yang 
menyebabkan komposisi pupuk ditingkatkan. Organik kimia Justus von 
Liebig menunjukkan bahwa tanaman membutuhkan unsur mineral seperti 
nitrogen dan fosfor untuk tumbuh. Industri pupuk kimia bisa dikatakan 
memiliki awal dengan paten yang dikeluarkan untuk Sir John Lawes, yang 
diuraikan metode untuk memproduksi suatu bentuk fosfat yang merupakan 
pupuk yang efektif. Industri pupuk sintetis mengalami pertumbuhan yang 
signifikan setelah Perang Dunia Pertama, ketika fasilitas yang telah 
menghasilkan amonia dan nitrat sintetis untuk bahan peledak dikonversi 
menjadi produksi nitrogen pupuk berbasis.
3.2 Bahan Baku Pupuk
Pupuk diuraikan di sini adalah senyawa pupuk terdiri dari pupuk primer dan sekunder nutrisi. Ini hanya mewakili satu jenis pupuk, dan tunggal lainnya nutrisi jenis juga dibuat. Bahan baku, dalam bentuk padat, dapat diberikan kepada produsen pupuk dalam jumlah massal ribu ton, jumlah drum, atau wadah drum logam dan tas.
Pupuk utama termasuk zat yang berasal dari nitrogen, fosfor, dan kalium. Berbagai bahan baku yang digunakan untuk memproduksi senyawa ini. Ketika amonia digunakan sebagai sumber nitrogen dalam pupuk, salah satu metode produksi sintetik memerlukan penggunaan gas alam dan udara. Komponen fosfor dibuat menggunakan belerang, batubara, dan batu fosfat. Sumber kalium berasal dari kalium klorida, komponen utama kalium.
Nutrisi sekunder ditambahkan ke beberapa pupuk untuk membantu membuat
 mereka lebih efektif. Kalsium diperoleh dari batu gamping, yang berisi 
kalsium karbonat, kalsium sulfat, dan kalsium magnesium karbonat. Sumber
 magnesium dalam pupuk berasal dari dolomit. Sulfur merupakan bahan yang
 ditambang dan ditambahkan ke pupuk. Bahan ditambang lainnya termasuk 
besi dari besi sulfat, tembaga, dan molibdenum dari molibdenum oksida.
Penggunaan pupuk kimia an-organik yang tidak terkendali menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah. Keadaan ini semakin diperparah oleh kegiatan pertanian secara terus-menerus (intensif), sedang pengembalian ke tanah pertanian hanya berupa pupuk kimia Urea, TSP, dan KCl (unsur N, P, K saja), bahkan pada keadaan ekstrim hanya unsur N lewat pemberian pupuk Urea saja dan hanya sangat sedikit unsur-unsur organik yang dikembalikan ke dalam tanah. Hal ini mengakibatkan terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah pertanian di Indonesia, sehingga produktivitas lahan semakin turun.
Penggunaan pupuk kimia an-organik yang tidak terkendali menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah. Keadaan ini semakin diperparah oleh kegiatan pertanian secara terus-menerus (intensif), sedang pengembalian ke tanah pertanian hanya berupa pupuk kimia Urea, TSP, dan KCl (unsur N, P, K saja), bahkan pada keadaan ekstrim hanya unsur N lewat pemberian pupuk Urea saja dan hanya sangat sedikit unsur-unsur organik yang dikembalikan ke dalam tanah. Hal ini mengakibatkan terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah pertanian di Indonesia, sehingga produktivitas lahan semakin turun.
Penumpukan sisa atau residu pupuk kimia an-organik merupakan salah 
satu penyebab utama mengerasnya daripada sisa bahan organik. Jika tanah 
semakin keras maka tanah semakin tidak responsif terhadap pupuk kimia 
an-organik tanah-tanah pertanian. Keadaan ini banyak terjadi di 
sentra-sentra pertanian terutama di Pulau Jawa. Residu pupuk kimia 
an-organik di dalam tanah ini mengakibatkan terhambatnya proses 
dekomposisi secara alami oleh mikroba di dalam tanah. Hal ini 
dikarenakan sifat bahan kimia an-organik yang lebih sukar terurai, 
sehingga berapapun banyaknya tanah diberi pupuk kimia an-organik 
hasilnya tetap tidak optimal. Mengerasnya tanah pertanian juga akan 
mengakibatkan porositas tanah menurun, sehingga ketersediaan oksigen 
bagi tanaman maupun mikrobia tanah menjadi sangat berkurang. Dampak 
lainnya adalah terhadap pertumbuhan tanaman. Terbatasnya penyebaran akar
 dan terhambatnya suplai oksigen ke akar mengakibatkan fungsi akar tidak
 optimal, yang pada gilirannya menurunkan produktivitas tanaman.
3.3 Pemakaian Pupuk Kimia di Pertanian
Pada awalnya penggunaan pupuk kimia mampu meningkatkan hasil panen, akan tetapi lama kelamaan hasil panen makin merosot dan kondisi tanah makin lama makin tidak subur. Dari berbagai penelitian yang mendalam dan memakan waktu lama akhirnya diketahui bahwa kekurangan unsur biologilah salah satunya yang menyebabkan tanah semakin lama semakin tidak subur. Unsur biologi tanah dibagi menjadi dua, yaitu mikroba tanah dan hormon pertumbuhan pada tumbuhan.
Pupuk organik secara temporer telah meningkatkan hasil pertanian akan
 tetapi keuntungan hasil panen akhirnya berkurang banyak dengan 
adanyapenggunaan pupuk ini karena adanya sesuatu yang timbul akibat 
adanya degradasi (pencemaran) lingkungan pada lahan pertanian. 
Pencemaran kimia dari pupuk merupakan pencemaran unsur-unsur hara tanaman.Tanah-tanah
 yang dipindahkan oleh erosi umumnya mengandung unsur hara yang lebih 
tinggi daripada tanah yang ditinggalkan karena lapisan tanah yang 
tererosi umumnya adalah lapisan atas yang subur. Akibat pencemaran dari 
pemakaian pupuk organik yang terlalu banyak secara terus-menerus akan 
menyebabkan unsur hara yang ada dalam tanah menurun. 
Di Indonesia sendiri, sebagian besar lahan pertanian menjadi lahan 
kritis. Lahan pertanian yang telah masuk dalam kondisi kritis mencapai 
66% dari total 7 juta hektar lahan pertanian yang ada di Indonesia. 
Kesuburan tanah di lahan-lahan yang menggunakan pupuk anorganik dari 
tahun ke tahun menurun.
Keberhasilan diukur dan ditentukan dari berapa banyaknya hasil dari panen yang dihasilkan, bukan diukur dari kondisi dan keadaan tanah serta hasil panennya. Semakin banyak hasil panen, maka pertanian akan dianggap semakin maju. Bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang sangat penting bagi ekosistem tanah, dimana bahan organik merupakan sumber pengikat hara dan substrat bagi mikrobia tanah. Bahan organik tanah merupakan bahan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan kandungan bahan organik untuk menjaga produktivitas tanah mineral masam di daerah tropis perlu dilakukan.
Keberhasilan diukur dan ditentukan dari berapa banyaknya hasil dari panen yang dihasilkan, bukan diukur dari kondisi dan keadaan tanah serta hasil panennya. Semakin banyak hasil panen, maka pertanian akan dianggap semakin maju. Bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang sangat penting bagi ekosistem tanah, dimana bahan organik merupakan sumber pengikat hara dan substrat bagi mikrobia tanah. Bahan organik tanah merupakan bahan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan kandungan bahan organik untuk menjaga produktivitas tanah mineral masam di daerah tropis perlu dilakukan.
Bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan dan binatang yang 
secara terus menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh 
proses fisika, kimia dan biologi. Bahan organik tersebut terdiri dari 
karbohidrat, protein kasar, selulose, hemiselulose, lignin dan lemak. 
Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong 
perkembangan populasi mikroorganisme tanah. Bahan organik secara fisik 
mendorong granulasi, mengurangi plastisitas dan meningkatkan daya pegang
 air. Apabila tidak ada masukan bahan organik ke dalam tanah akan 
terjadi masalah pencucian sekaligus kelambatan penyediaan hara. Pada 
kondisi seperti ini penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi 
bahan organik yang masih terdapat dalam tanah, sehingga mengakibatkan 
cadangan total C tanah semakin berkurang. Pupuk memiliki kandungan 
nitrogen di dalamnya. Unsur nitrogen yang ada dalam pupuk ini mudah 
larut. Pemberian nitrogen berlebih di samping menurunkan efisiensi 
pupuk, juga dapat memberikan dampak negatif di antaranya meningkatkan 
gangguan hama dan penyakit akibat nutrisi yang tidak seimbang. 
Oleh karena itu, perlu upaya perbaikan guna mengatasi masalah 
tersebut,sehingga pengolahan sumber daya secara efektif, efisien dan 
aman lingkungan dapat diberlakukan. Selain disebabkan oleh adanya 
penggunaan pupuk an-organik yang tidak sesuai takaran secara rutin. Hal 
ini juga disebabkan pemalsuan pupuk yang dijual kepada para petani. 
Pupuk palsu ini adalah pupuk yang dipalsukan atau disamarkan kandungan 
zat dan kadar zat di dalamnya. Hal ini menyebabkan tanaman dan tanah 
mendapat nutrisi yang tidak tepat dan dapat mengganggu keadaan tanah 
maupun tanaman tersebut.
3.4. Dampak Dari Pupuk Kimia pada Tanah
Alasan utama kenapa pupuk kimia dapat menimbulkan pencemaran pada tanah karena dalam prakteknya, banyak kandungan yang terbuang. Penggunaan pupuk buatan (an-organik) yang terus-menerus akan mempercepat habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman.
Pupuk kimia adalah zat substansi kandungan hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Akan tetapi seharusnya unsur hara tersebut ada di tanah secara alami dengan adanya siklus hara tanah misalnya tanaman yang mati kemudian dimakan binatang pengerat/herbivora, kotorannya atau sisa tumbuhan tersebut diuraikan oleh organisme seperti bakteri, cacing, jamur dan lainnya. Siklus inilah yang seharusnya dijaga, jika menggunakan pupuk kimia terutama bila berlebihan maka akan memutuskan siklus hara tanah tersebut terutama akan mematikan organisme tanah, jadinya akan hanya subur di masa sekarang tetapi tidak subur di masa mendatang.
Untuk itu sebenarnya perlu dijaga dengan pola tetap menggunakan pupuk
 organik bukan pupuk kimia. Dampaknya zat hara yang terkandung dalam 
tanah menjadi diikat oleh molekul-molekul kimiawi dari pupuk sehingga 
proses regenerasi humus tak dapat dilakukan lagi. Akibatnya ketahanan 
tanah/daya dukung tanah dalam memproduksi menjadi kurang hingga nantinya
 tandus. Tak hanya itu penggunaan pupuk kimiawi secara terus-menerus 
menjadikan menguatnya resistensi hama akan suatu pestisida pertanian. 
Masalah lainnya adalah penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama 
pemupukan Nitrogen dengan urea tidak pernah maksimal karena kandungan 
nitrogen pada urea hanya sekitar 40-60% saja. Jumlah yang hilang 
mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian (leaching) serta 
terbawa air  hujan (run off). 
Efek  lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan 
populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang sangat 
bermanfaat bagi tanaman. Lapisan tanah yang saat ini ada sudah parah 
kondisi kerusakannya oleh karena pemakaian pupuk kimia yang terus 
menerus dan berlangsung lama, sehingga mengakibatkan:
a. Kondisi tanah menjadi keras
b. Tanah semakin lapar dan haus pupuk
c. Banyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah
d. Mikroorganisme tanah semakin menipis
e. Banyak Mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik
f. Tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro
g. Tidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman.
a. Kondisi tanah menjadi keras
b. Tanah semakin lapar dan haus pupuk
c. Banyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah
d. Mikroorganisme tanah semakin menipis
e. Banyak Mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik
f. Tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro
g. Tidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman.
3.5 Pencemaran tanah
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proseserosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah. Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau 
bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; 
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan 
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air 
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
 dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika
 suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia 
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. 
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
 beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak 
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air 
tanah dan udara di atasnya.
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya:
1.Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot.
Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.
1.Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot.
Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.
2. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut.
Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
3.6 Penanggulangan pencemaran tanah
Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah, diantaranya :
1. Remediasi
Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi. Sebelum melakukan remediasi, hal yang perlu diketahui:
a) Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak
b) Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,
c) Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),
d) Jenis tanah,
e) Kondisi tanah (basah, kering),
f) Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
g) Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan 
ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di 
lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari 
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangkitersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangkitersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:
a) stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb.
b) inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus
c) penerapan immobilized enzymes
d) penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar.
Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan air, nutrien (N, P, K), perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksigen. Selain proses remediasi dan bioremediasi, saat ini telah dikembangan teknologi pemupukan dengan mikroorganisme indogeneous. Teknologi ini akan memperbaiki kesuburan lahan. Karena itu, teknologi ini disebut juga dengan AGPI yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah sehingga struktur dan tekstur tanah menjadi serasi dan sehat, yang berarti dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman.
SUMBER :  https://safitrianggrainidewi.wordpress.com/2014/08/30/makalah-dampak-penggunaan-pupuk-kimia-yang-berlebih/


saatnya sekarang mengurangi penggunaan pupuk an organik dan kita harus berali menggunakan pupuk organik khususnya ACI, karena sudah terbukti manfaatnya
BalasHapusPemesanan aci untuk luar sulawesi minimal 1 dos (36 botol)
BalasHapus