PUPUK CAIR ACI PADA JAGUNG
A. PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditi
tanaman pangan penting di Indonesia, tetapi pengolahannya belum otimal olehnya itu perlu pengolahan yang baik. Salah satu yang produk yang paling baik untuk digunakan adalah pupuk cair organik ACI yang sudah diketahui bisa meningkatkan pendapatan jagung sampai 100%.Aci berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara
kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).
B. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan
dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang
musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal. Suhu optimum antara 230 C – 300 C. Jagung tidak memerlukan
persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus
akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan
tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras
dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum
antara 50-600 m dpl
C. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik
genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih
dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam,
sebaiknya direndam dalam pco super aci (dosis 2-4 cc/lt air semalam).
2. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman
sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan
ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang
akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m
dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30
cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang
drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur
(dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan
tanaman, + 1 bulan sebelum tanam.
3. Pemupukan
Cara pemupukan untuk tanman jagung :
- 1 : 700 atau setiap 10 cc/ 1 tutup botol Super Aci dilarutkan dengan 7 Liter air
- Lakukan penyemprotan 3x hingga 4x berturut-turut dengan jarak waktu 15 hari sekali pada daun bagian bawah (mulut daun atau stomata)
- Penyemprotan pertama tanaman berumur 15 hari s/d 20 hari setelah tanam dan dilakukan setiap minggu
- Dosis pupuk makro : pupuk dasar perhektar urea 120kg, TSP 80 kg, KCl 25 kg
- Susulan minggu ke3 115 kg urea, dan 55 kg KCl
- Minggu ke 6 115 kg urea.
D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
- Tumpang sari ( intercropping ) : melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
- Tumpang gilir ( Multiple Cropping ): dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
- Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ): pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
- Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) : penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm,
dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung
disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam
semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman,
jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen
80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang).
E. Pengelolaan Tanaman
3. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik,
dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan
melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10
hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali.
Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau
cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran
tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram
tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
5. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah
rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk
dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini
akan terbentuk guludan yang memanjang.
6. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya
menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air
yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada
parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
F. Hama dan Penyakit
Ulat Tanah (Agrotis sp.)
Hama jenis ini menyerang tanaman
jagung muda di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam
tanah. Ulat tanah menyerang batang tanaman jagung muda dengan cara
memotongnya, sehingga sering dinamakan juga sebagai ulat pemotong.
Pengendalian hama ulat pada budidaya jagung dapat dilakukan menggunakan
insektisida biologi dari golongan bakteri seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana.
Secara kimiawi pengendalian hama ulat bisa dilakukan dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos,
sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk di kemasan.
Belalang (Locusta sp., dan Oxya chinensis)
Belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Locusta sp., dan Oxya chinensis.
Seperti halnya ulat tanah, hama jenis ini menyerang tanaman jagung saat
masih muda, dengan cara memakan tunas jagung muda (baru tumbuh). Hama
belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran, dimana tingkat
kerusakannya tergantung dari jumlah populasi serta tipe tanaman yang
diserang.
Gejala Serangan:
Hama ini menyerang terutama di bagian daun, daun terlihat rusak karena
serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak serta belalang
sedang dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan tanaman
jagung sekaligus sampai tulang–tulang daunnya.
Pengendalian hama belalang pada budidaya jagung secara kimiawi bisa
dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos,
klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)
Kerusakan biji oleh kumbang bubuk dapat mencapai 85% dengan penyusutan bobot biji 17%. Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, merupakan serangga polifag (memiliki banyak tanaman inang).
Selain menyerang jagung, hama kumbang bubuk juga menyerang beras,
gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa maupun jambu
mente. S. Zeamais lebih dominan menyerang jagung dan beras. S. Zeamais merusak biji jagung saat penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung di lahan.
Telur diletakkan satu per satu di lubang gerekan di dalam biji,
Keperidian imago sekitar 300-400 butir telur, stadia telur kurang lebih
enam hari pada suhu 25°C. Larva menggerek biji jagung serta hidup di
dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 25°C, kelembaban nisbi
70%. Pupa terbentuk di dalam biji jagung dengan stadia pupa berkisar 5-8
hari.
Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum
membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu
sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan, sekitar 36 hari jika tanpa
makan.
Siklus hidup sekitar 30-45 hari saat kondisi suhu optimum 29°C, kadar
air biji 14% serta kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat
cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas 15%.
Pengendalian
a) Pengelolaan Tanaman
Serangan selama tanaman masih di lahan dapat terjadi jika tongkol
terbuka. Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk rendah
menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat
diinfeksi oleh kumbang bubuk. Panen tepat waktu saat jagung mencapai
masak fisiologis dapat mencegah Sitophilus zeamais, karena pemanenan tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji jagung saat penyimpanan.
b) Varietas Resisten/Tahan
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan
asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk, serta penggunaan
varietas berpenutup kelobot yang baik.
c) Kebersihan dan Pengelolaan Gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi
sesudah gudang tersebut kosong. Untuk itu harus dibersihkan semua
struktur gudang serta membakar semua biji yang terkontaminasi. Biji-biji
terkontaminasi ini dijauhkan dari area gudang, lalu dimusnahkan. Selain
itu, karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji jagung juga harus
dibuang. Semua struktur gudang diperbaiki, termasuk dinding retak,
dimana serangga dapat bersembunyi di dinding retak. Pada dinding maupun
plafon gudang disemprot menggunakan insektisida.
d) Persiapan Biji Jagung Simpanan
Sebelum penyimpanan, perhatikan kadar air dalam biji jagung. Kadar air
biji ≤ 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Perkembangan
populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih.
e) Fisik dan Mekanis
Ketika suhu lebih rendah dari 50°C dan di atas 35°C perkembangan
serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang
bubuk. Sortasi dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi
oleh serangga dengan biji sehat (utuh).
f) Bahan Tanaman
Pengendalian hama kumbang bubuk selama budidaya jagung dapat menggunakan bahan organik dari tanaman, seperti daun Annona
sp., Hyptis spricigera, Lantana camara, daun Ageratum conyzoides,
Chromolaena odorata, akar dari Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga
dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., maupun tepung biji dari Annona sp.
dan Melia sp.
g) Hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai kematian 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae juga mampu menekan kumbang bubuk.
h) Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia dimana senyawa ini dalam suhu serta
tekanan tertentu berbentuk gas. Fumigan dapat membunuh serangga/hama
melalui sistem pernapasan. Fumigasi dapat dilakukan di tumpukan
komoditas jagung kemudian ditutup rapat menggunakan lembaran plastik.
Fumigasi dapat pula dilakukan saat penyimpanan kedap udara seperti
penyimpanan dalam silo, menggunakan kaleng kedap udara atau pengemasan
menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian
mulut botol atau jerigen dilapisi parafin untuk penyimpanan skala kecil.
Fumigasi menggunakan phospine (PH3), atau Methyl Bromida (CH3Br).
Lalat Bibit (Atherigona sp.)
Lalat bibit yang menyerang
tanaman jagung hanya ditemukan di daerah Jawa dan Sumatera. Lalat bibit
dapat merusak pertanaman jagung hingga 80% bahkan lebih (puso). Lama
hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari, serangga
betina hidup dua kali lebih lama daripada serangga jantan. Serangga
dewasa sangat aktif terbang serta sangat tertarik dengan kecambah atau
tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil berukuran
panjang 2,5-4,5 mm.
Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah
kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70
butir. Imago betina meletakkan telurnya selama tiga sampai tujuh hari.
Telur ini diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, serta
diletakkan di bawah permukaan daun.
Awalnya, larva terdiri dari tiga instar berwarna putih krem, selanjutnya
menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi
batang, kemudian membuat terowongan sampai dasar batang, sehingga
tanaman menjadi kuning, akhirnya mati.
Pupa terdapat di pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah,
umur pupa 12 hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai
coklat, memiliki ukuran panjang 4,1 mm.
Gejala:
Tanaman muda menguning karena larva yang baru menetas melubangi batang,
kemudian membuat terowongan hingga ke dasar batang sehingga tanaman
menguning, akhirnya mati. Jika tanaman mengalami proses pemulihan, maka
pertumbuhannya akan kerdil.
Pengendalian
a) Hayati
- Parasitoid Trichogramma spp. memarasit telur, Opius sp. dan Tetrastichus sp. memarasit larva
- Predator Clubiona japonicola, merupakan predator imago.
b) Kultur Teknis
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama satu sampai dua bulan
saat musim hujan, secara kultur tenis dapat melakukan pengubahan waktu
tanam, pergiliran tanaman, atau melakukan tanam serempak.
c) Varietas Resisten
- Galur jagung QPM putih tahan lalat bibit adalah MSQ-P1(S1)-C1-11, MSQ-P1(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45,
- Galur jagung QPM kuning adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
d) Kimiawi
Pengendalian menggunakan insektisida dapat dilakukan saat perlakuan
benih menggunakan thiodikarb (dosis 7,5-15 g b.a./kg benih) atau
karbofuran (dosis 6 g b.a./kg benih). Selanjutnya setelah tanaman jagung
berumur 5-7 hari, tanaman disemprot menggunakan karbosulfan (dosis 0,2
kg b.a./ha) atau thiodikarb (0,75 kg b.a/ha). Penggunaan insektisida
hanya dianjurkan di daerah endemik.
Ulat Grayak (Spodoptera sp.)
Larva kecil merusak daun
serta menyerang secara serentak bergerombol dengan meninggalkan
sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan bahkan tinggal tulang
daunnya saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya
terjadi saat musim kemarau.
Pengendalian secara fisik menggunakan alat perangkap ngengat sex
feromonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.
Penggunaan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti: Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, atau Metarhizium anisopliae. Dapat juga dari golongan bakteri seperti Bacillus thuringensis.
Pemanfaatan patogen virus untuk ulat ini juga dapat dilakukan
menggunakan Sl-NPV (Spodoptera litura - Nuclear Polyhedrosis Virus).
Parasit lain yang dapat dimanfaatkan adalah Parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, atau Peribeae sp.
Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida
berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau
lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Kemampuan ulat grayak
merusak tanaman jagung berkisar antara 5-50%. Ngengat aktif saat malam
hari, sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap
belakang berwarna keputihan. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian
datar melekat di bagian daun (kadang tersusun 2 lapis), warnanya coklat
kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25–500 butir)
tertutup bulu seperti beludru.
Larva mempunyai warna bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau
muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan serta hidup secara
bergerombol. Ulat menyerang tanaman jagung di malam hari, saat siang
hari bersembunyi dalam tanah (tempat lembab). Biasanya ulat berpindah ke
tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.
Pupa, ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa
(kokon) berwana coklat kemerahan, memiliki panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar antara 30–60 hari (lama stadium telur 2–4 hari,
larva yang terdiri dari 5 instar : 20–46 hari, pupa 8–11 hari).
Tanaman inang hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang
tanaman tomat, kubis, cabe, buncis, bawang merah, terung, kentang,
kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan,
tanaman hias, gulmaLimnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp.,
Cleome sp., Trema sp.
Penggerek Tongkol (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.)
Imago
betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung. Rata-rata
produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga
hari setelah diletakkan dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi
masuk ke dalam tongkol jagung lalu memakan biji yang sedang mengalami
perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas mupun
kuantitas tongkol jagung.
Pada lubang–lubang bekas gorokan hama ini terdapat kotoran–kotoran yang
berasal dari hama tersebut, biasanya hama ini lebih dahulu menyerang
bagian tangkai bunga.
Musuh alami sebagai pengendali hayati serta cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma sp. ( parasit telur) atau Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit larva muda.
Pengendalian kimiawi hama ulat grayak efektif dilakukan setelah
terbentuk rambut jagung pada tongkol dan selang 1-2 hari hingga rambut
jagung berwarna coklat.
Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis)
Hama ini menyerang
semua bagian tanaman jagung di seluruh fase pertumbuhan. Kehilangan
hasil akibat serangan pnggerek batang dapat mencapai 80%. Ngengat aktif
di malam hari, serta menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur
imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Telur berwarna putih, diletakkan
berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor
ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4
hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung
yang tinggi, telur diletakkan di permukaan bagian bawah daun, utamanya
pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari.
Larva (baru menetas) berwarna putih kekuning-kuningan, makan
berpindah-pindah, larva muda memakan bagian alur bunga jantan, setelah
instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya
terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah-merahan, umur pupa
6-9 hari.
Gejala Serangan
Larva O. Furnacalis ini mempunyai karakteristik membuat kerusakan
di setiap bagian tanaman jagung yaitu membentuk lubang kecil pada daun,
lubang gorokan di batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang
dan tassel yang mudah patah, serta tumpukan tassel yang rusak.
Pengendalian
- Kultur teknis
- Waktu tanam tepat
- Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
- Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman)
Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti :
- Parasitoid Trichogramma sp.. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. Furnacalis.
- Predator Euborellia annulata. Predator ini selain memangsa larva juga pupa O. Furnacalis.
- Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. Furnacalis,
- Cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. Furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
Kimiawi
Penggunaan insektisida berbahan aktif monokrotofos, triazofos,
diklhrofos, atau karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek
batang jagung.
Kutu Daun (Mysus persicae)
Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah Mysus persicae.
Hama ini mengisap cairan tanaman jagung terutama pada daun muda,
kotorannya berasa manis sehingga mengundang semut serta berpotensi
menimbulkan serangan sekunder yaitu cendawan jelaga. Serangan parah
menyebabkan daun tanaman mengalami klorosis(menguning), serta
menggulung. Kutu daun Mysus juga menjadi serangga vektor penular virus
mosaik.
Pengendalian hama kutu daun Mysus persicae dapat menggunakan
insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid,
klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk di kemasan.
Peyakit Tanaman Jagung
Seperti halnya hama tanaman jagung,
penyakit yang menyerang selama budidaya jagung juga berpotensi
menimbulkan kerugian. Serangan parah penyakit-penyakit ini jika tidak
dikendalikan dapat menurunkan hasil produksi jagung sehingga juga
menurunkan pendapatan petani. Adapun penyakit tanaman jagun biasanya
disebabkan oleh serangan hawar daun, busuk pelepah, penyakit bulai,
busuk tongkol, busuk batang, karat daun, bercak daun, serta virus.
Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)
Gejala
Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak kecil,
berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan
berkembang menjadi nekrotik (disebut hawar), warnanya hijau keabu-abuan
atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul di mulai dari daun
terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat akibat
serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan tanaman jagung cepat
mati atau mengering. Cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot
jagung, cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada
daun atau sisa-sisa tanaman di lahan.
Penyebab
Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum.
Pengendalian
- Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun.
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis/konentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)
Gejala
Penyakit busuk pelepah pada budidaya jagung umumnya terjadi di pelepah
daun, gejalanya terdapat bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah
menjadi abu-abu, selanjutnya bercak meluas, seringkali diikuti
pembentukan sklerotium berbentuk tidak beraturan, berwarna putih
kemudian berubah menjadi cokelat.
Gejala serangan penyakit ini dimulai dari bagian tanaman yang paling
dekat dengan permukaan tanah kemudian menjalar ke bagian atas. Penanaman
varietas tidak tahan penyakit ini (rentan), serangan cendawan penyebab
busuk pelepah dapat mencapai pucuk atau tongkol jagung. Cendawan ini
bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji jagung, di
dalam tanah serta pada sisa-sisa tanaman di lahan. Keadaan tanah basah,
lembab, serta drainase kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium
dan sklerotia, sehingga kondisi semacam ini merupakan sumber inokulum
utama.
Penyebab
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani.
Pengendalian
- Menggunakan varietas/galur tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti : Semar-2, Rama, Galur GM 27
- Diusahakan agar penanaman jagung tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi
- Lahan memiliki drainase baik
- Pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)
Penyakit bulai
merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini menyerang tanaman
jagung khususnya varietas rentan hama penyakit serta saat umur tanaman
jagung masih muda (antara 1-2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil
produksi akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%, terutama
varietas rentan.
Gejala
Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang
sejajar tulang daun dengan batas terlihat jelas antara daun sehat.
Bagian daun permukaan atas maupun bawah terdapat warna putih seperti
tepung, sangat jelas di pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman
jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol buah, bahkan tongkol
tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta terpuntir, bunga jantan
berubah menjadi massa daun yang berlebihan.
Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana
gejalanya meluas ke seluruh bagian tanaman jagung serta menimbulkan
gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan
mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman
terinfeksi penyakit bulai saat umur tanaman masih muda umumnya tidak
menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah tua masih
dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil karena umumnya
pertumbuhan tanaman mengerdil.
Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis
yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya
ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara serta di Batu
Malang Jawa Timur.
Pengendalian
- Menanam varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo, atau Gumarang
- Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
- Penanaman jagung secara serempak
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terserang penyakit bulai
- Penggunaan fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih
Busuk Tongkol
a. Busuk tongkol Fusarium
Gejala
Gejala penyakit ini ditandai permukaan biji tongkol jagung berwarna
merah jambu sampai coklat, kadang-kadang diikuti oleh pertumbuhan
miselium seperti kapas berwarna merah jambu. Cendawan berkembang baik
pada sisa tanaman maupun di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa
benih, penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.
Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme.
b. Busuk tongkol Diplodia
Gejala
Serangan busuk tongkol diplodia ditandai adanya warna coklat pada
klobot. Jika infeksi terjadi setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung
menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut akhirnya busuk. Miselium
cendawan diplodia berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada
kelobot. Infeksi dimulai dari dasar tongkol berkembang ke bongkol
kemudian merambat ke permukaan biji serta menutupi kelobot. Cendawan
dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia berdinding tebal
pada sisa tanaman di lahan.
Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.
c. Busuk tongkol Gibberella
Gejala
Serangan dini pada tongkol jagung dapat menyebabkan tongkol jagung
menjadi busuk, kelobotnya saling menempel erat pada tongkol, serta
buahnya berwarna biru hitam di permukaan kelobot maupun bongkol.
Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum.
Pengendalian :
- Menggunakan pemupukan berimbang.
- Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lahan, jika musim
hujan bagian batang di bawah tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak
mengarah ke atas.
- Pergiliran tanaman mengunakan tanaman bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.
Busuk Batang
Gejala
Penyakit busuk batang jagung dapat menyebabkan kerusakan pada varietas
rentan hingga 65%. Tanaman jagung terserang penyakit ini tampak layu
atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia
generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang terserang
berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam batang busuk,
sehingga mudah rebah, serta bagian kulit luarnya tipis. Pangkal batang
teriserang akan memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau
coklat.
Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum
graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme,
Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis,
dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan, penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada
permukaan tanaman inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air
hujan ataupun serangga. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat
bertahan pada sisa-sisa tanaman terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia
dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai
untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia.
Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh lalu menginfeksi melalui
akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau
membentuk sejenis apresoria, serta mampu masuk ke jaringan tanaman.
Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol jagung.
Akibat lebih kanjut, biji terinfeksi jika ditanam dapat menyebabkan
penyakit busuk batang.
Pengendalian
- Menanam varietas tahan serangan penyakit busuk batang seperti BISI-1,
BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923,
Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9,
Palakka, atau J1-C3.
- Melakukan pergiliran tanaman.
- Melakukan pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
- Drainase baik.
- Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
Karat Daun (Puccinia polysora)
Bercak-bercak kecil
(uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat di permukaan daun jagung
bagian atas maupun bawah, uredinia menghasilkan uredospora berbentuk
bulat atau oval serta berperan penting sebagai sumber inokulum dalam
menginfeksi Tanaman jagung
lainnya, sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di
dataran rendah sampai tinggi, infeksinya berkembang baik pada musim
penghujan atau musim kemarau.
Penyebab
Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia polysora
Pengendalian
- Menanam varietas tahankarat daun, seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1 atau Semar-10
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi karat daun maupun gulma
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif benomil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn.)
Gejala
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras
patogennya yaitu ras O dan T. Ras O bercak berwarna coklat kemerahan
berukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm, sedangkan Ras T bercak berukuran lebih
besar yaitu (0,6-1,2)x(0,6-2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan, bercak
berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan.
Kedua ras ini, ras T lebih berbahaya (virulen) dibanding ras O. Serangan
pada bibit tanaman menyebabkan tanaman menjadi layu atau mati dalam
waktu 3-4 minggu setelah tanam.
Tongkol terserang/terinfeksi dini menyebabkan bijinya akan rusak lalu
busuk, bahkan tongkol jagung dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat di
seluruh bagian tanaman (baik daun, pelepah, batang, tangkai kelobot,
biji, maupun tongkol jagung). Permukaan biji terinfeksi tertutup
miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil
produksi secara signifikan. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora
dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lahan atau pada biji jagung
di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat
menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.
Penyebab
Penyakit bercak daun penyebabnya adalah Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T.
Pengendalian
- Menanam varietas tahan serangan bercak daun, seperti Bima-1, Srikandi Kuning-1, Sukmaraga atau Palakka
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun
- Penggunaan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Virus Mosaik
Gejala
Gejala penyakit virus mozaik pada budidaya jagung
ditandai tanaman jagung menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau
dengan diselingi garis-garis kuning, jika dilihat secara keseluruhan
tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip gejala bulai namun
permukaan daun bagian bawah maupun atas apabila dipegang tidak terasa
adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau
melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara nonpersisten. Tanaman jagung terinfeksi virus ini umumnya menjadikan penurunan hasil secara signifikan.
Pengendalian
- Mencabut tanaman jagung terinfeksi virus seawal mungkin agar tidak
menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman musim
mendatang.
- Melakukan pergiliran tanaman, tidak menanam tanaman jagung secara terus menerus di lahan yang sama.
- Penyemprotan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup
tinggi. Dosis/konsentrasi tidak melebihi anjuran dalam kemasan.
- Tidak menanam benih jagung dari tanaman terinfeksi virus.
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam.
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya
terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen
ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih,
tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang
atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat
diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.
5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran
atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil,
biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan
jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan. Baca juga : Hubungan antara gulma dengan peningkatan produksi padi
Sumber bacaan :
1. http://www.produknaturalnusantara.com/panduan-teknis-budidaya-pertanian/panduan-cara-budidaya-jagung/
2. http://dph.madiunkab.go.id/berita-175-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-jagung-dan-cara-pengendaliannya.html
3. http://www.tanijogonegoro.com/2013/03/hama-penyakit-tanaman-jagung.html
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus