Kebiasaan Petani Yang Secara Tidak Langsung Merusak Tanah Pertanian

Akibat teknologi yang berkembang begitu pesat menyebabkan petani mengikuti perkembangan itu. Akan tetapi saat mengikuti perkembangan banyak petani terkadang salah paham. Setiap teknologi ada aturan yang telah ditetapkan oleh pembuat teknologi itu sendiri. Sebagai contoh pupuk kimia dan pestisida kimia memiliki aturan pemakaian misalnya dosisnya dan waktu aplikasinya. Terkadang disinilah petani sering salah paham. 

Diantara kesalahan-kesalahan yang paling sering dilakukan petani adalah pemberian pupuk melebihi dosis dan waktu yang tidak tepat, pestisida kimia melebihi dosis dan sering melakukan pencampuran pestisida, pembakaran jerami saat setelah  panen, penanaman yang terlalu padat.

Umumnya petani yang sering saya jumpai menggunakan pupuk urea yang melebihi dosis yang ditetapkan. Dengan memberi urea yang melebihi menyebabkan terjadinya perkembangbiakan vegetatif yang lebih dominan. Vegetatif yang lebih seperti menyebabkan batang dan daun menjadi lembek atau tidak kuat. Apabila daun dan batang lembek maka mudah diserang oleh hama penyakit. Tetapi petani tidak menyadari hal ini. Dan bahkan ada petani yang memberi urea pada padi mereka saat umur padi menjelang berbuah atau sudah memasuki fase generatif. Ketika padi diberi pupuk N pada kondisi itu maka tentu akan merangsang perkembang vegetatif lagi. Dengan demikian fase generatif akan terhambat. 

Terhambatnya tersebut tentu saja akan mempengaruhi proses pembentukan buah. Misalnya buah tidak terisi sempurna dan bulir malai tidak terisi penuh. Apabila vegetatif meningkat maka juga hama penyakit mudah berfenetrasi masuk ke dalam batang padi dan daun padi muda digigit oleh serangga hama. Hal ini terjadi karena batang, daun sampai buah agak lembek. 

Tanaman padi agak rapat, sehingga sinar matahari tidak mudah masuk kepermukaan tanah yang ada di bawah padi. Tanah yang tidak terkenah sinar matahari akan menjadi lembab. Tempat yang lembab merupakan media penyebaran penyakit seperti jamur, bakteri maupun virus. Olehnya itu setidaknya sinar matahari bisa menembus sampai keselah-selah padi. Ada beberapa petani menggunakan jarak tanam yang rapat dan bahkan ada yang jarak padinya 15 cm × 15 cm.  Tentu saja hal ini menyebabkan perebutan unsur hara antara padi tinggi. Dan bahkan sebagian tidak mendapatkan unsur hara yang cukup. Salah satu cirinya seperti kurang menghasilkan anakan, tanaman menjadi tinggi tetapi tidak kuat. 

Kebiasaan selanjutnya petani sering membakar jerami saat panen. Membakar jerami artinya mematikan mikrorganisme yang ada dalam jerami. Padahal kita ketahui apabila jerami melapuk tanpa pembakaran akan mengembangbiakkan mikroba positif yang nantinya akan menjadi pupuk alami bagi tanaman. Sebenarnya semua bahan organik yang ada dalam tanah akan diurai menjadi pupuk oleh bakteri pengurai. Bakteri pengurai akan mati oleh pembakaran, pupuk kimia, pestisida kimia dan lainnya. 

Untuk menjaga mikrorganisme dalam tanah maka diperlukan penggunaan bahan organik termasuk pupuk organik. Karena pupuk organik mengandung banyak mikroba yang bisa mengaktifkan senyawa kimia menjadi unsur hara. Dengan memadukan pupuk kimia dengan organik maka akan terjadi keseimbangan. Organik ini akan mengurai senyawa kimia yang dibentuk oleh pupuk kimia. Atau paling tidak mengurangi pupuk kimia sampai 70 % dan menggunakan organik lebih banyak. Dengan demikian tanaman padi kita akan terjaga dari serangan hama dan penyakit. 

Demikianlah uraian kami, semoga bermanfaat dan jangan lupa bagikan tulisan ini agar bermanfaat pada banyak orang. 

Oleh : Amran, SP., M.Si
Cp. Wa. 085397277984

Komentar

Postingan Populer