Agribisnis Beras atau Padi

Padi merupakan komuditas yang paling banyak dikonsumsi dinegara kita. Merupakan makanan pokok utama hampir merata diseluruh Indonesia. Nasi beras merupakan sumber karbohidrat yang sangat penting untuk kesehatañ. 

Dalam memproduksi padi, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit diantaranya biaya sarana produksi seperti bibit, sewa lahan, obat-obatan, biaya tenaga kerja, serta biaya-biaya lainnya. Kalau biaya itu tidak diperhitungkan maka akan membuat petani mengalami kerugian. 

Produksi padi dimulai dari pembukaan lahan, penanaman, pengairan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit. Setiap tahapan ada biaya dan biaya itu dipakai secara berulang. Boleh dikata mulai dari penyediaan benih hingga panen tidak lepas dari biaya. 

Beberapa petani yang saya survei mengatakan bahwa bertanam padi biayanya lebih besar jika dibanding hasil. Hal ini terjadi karena sarana produksi terutama pestisida naik terus. Sementara harga beras kenaikannya tidak signifikan dengan kenaikan harga pestisida. Petani di Gowa dan Takalar umumnya bukan hanya bertani saja. Ada sebagai tukang, buruh, pedagang dan lainnya. Kebanyakan bertani hanya untuk dikonsumsi. 

Ketika saya bertanya kepada petani  katanya rugi atau jalan-jalan. Sebagian mengatakan rugi dan sebagian mengatakan untung sedikit. Kemudian saya bertanya lagi kenapa tidak beli saja. Jawaban beragam ada yang mengatakan walaupun rugi tetapi setelah panen biaya tidak terasa. Biaya produksi mereka dapatkan dari upah kerja dari tukang dan buruh. Setelah panen dan mendapatkan hasil misalnya 10 are dapat 8 hingga 10 karung. 1 karung beratnya 50 kg. Hasil panen tersebut tidak dijual tetapi hanya untuk makan saja. Baca juga: Beras SPHP murah untuk menstabilkan harga pasaran yang meroket 

Petani yang membeli beras sangat terasa pengeluaran. Hal ini disebabkan karena harga beras saat ini paling murah Rp.10.000 perliter (beras kualitas terendah). Untuk 5 orang dalam satu rumah biasanya memasak 1 liter untuk 1 kali makan. Kalau makan 3 kali berarti butuh 3 liter per hari, berarti pengeluaran untuk beras senilai Rp. 30.000. Jadi beras merupakan pengeluaran utama dalam sehari-hari. 

Biaya Produksi Padi Oleh Sulaeman Siga di Pare'-pare' Limbung

Sulaeman Siga memiliki luas lahan sebesar 1.6 ha. Biaya untuk pupuk urea sebesar 6 karung @50kg. Harga 1 karung yang sampai ketingkat petani Rp.130k, NPK 1 karung @Rp.140k. Itupun sudah dijatah. Artinya ketersediaan pupuk sangat sedikit. Penyemprotan pestisida dimulai dari pembibitan sebanyak 5 kali hingga panen. Pestisida yang dipakai adalah postin 5 botol (@Rp77k), Dangke 3 botol (@Rp.60k). Racun tikus 3 bungkus @Rp.15k, belerang sekitar Rp.50k Juga menggunakan pupuk buah bernama gandasil B 2 bungkus(@Rp.42). 

Untuk pengairan saat musim kemarau menggunakan tabung gas sebesar 52 tabung. Harga tabung @Rp.25k, solar 2 jeregen @35 L dengan harga Rp.270k/cargen. Jumlah produksi sekitar 160 karung (1 karung : 50kg). Biaya herbisida sekitar Rp.300k. 

Biaya lain seperti biaya mesin pengolahan lahan karena pakai mesin sendiri sekitar 70 liter solar  (2 cergen @35liter) harga 1 cargen sekitar Rp.270k. Untuk biaya tanam dengan mobil sendiri sebesar Rp.16 liter solar perhari. 

Total biaya satu kali panen sekitar Rp.8juta, keuntungan Rp. 50juta. Juga disimpan sekitar 40 karung untuk dimakan dan dijual untuk keperluan terdesak. 

Untuk petani yang memiliki lahan yang luas akan mendapat keuntungan, tetapi petani yang hanya memilki lahan kecil biasanya ongkos lebih banyak. 

Baca juga:

Agroindustri   Agribisnis Jagung  Agribisnis ubi kayu   keripik singkong  Teknologi Manisan Tomat  Agribisnis saus Tomat 


Komentar

Postingan Populer