Tanggapan Petani Terhadap Pupuk Organik
Tidak semua petani memahami betul tentang pemakaian pupuk organik. Sebagian besar petani hanya menggunakan pupuk kimia karena sudah menjadi kebiasaan. Dengan menggunakan pupuk kimia mereka sudah puas terhadap hasilnya. Khusus untuk padi mendapatkan 1 karung (@50kg ) per are petani sudah sangat puas. Baca juga: Beras SPHP murah untuk menstabilkan harga pasaran yang meroket
Penggunaan pupuk kimia tidak perlu ribet saat aplikasi. Hanya mencampurkan pupuk urea dan poska kemudian dihambur sudah beres. Pemberiannya pun hanya 2 sampai 3 kali saja. Sementara pupuk organik harus menunggu waktu untuk aplikasi. Contohnya pupuk cair, harus mengikuti membuka dan menutupnya stomata daun. Jadi harus pagi hari atau sore hari.
Dari segi kandungannya organik lebih kaya unsur haranya, terdiri atas unsur hara makro dan mikro saja. Sementara pupuk kimia biasanya sifatnya tunggal. Jadi 1 jenis pupuk kandungannya cuma 1 atau 2 saja unsur hara.
Reaksi setelah penggunaan pupuk kimia lebih cepat jika dibanding pupuk organik. Sementara pupuk organik membutuhkan proses lebih lama. Petani inginnya melihat hasil lebih cepat.
Sementara pupuk organik harus rajin melakukan aplikasi. Minimal 3 kali aplikasi dan menurut petani sangat merepotkan.
Daeng Nojeng memiliki lahan 20 are dengan pupuk organik bisa menghasilkan 43 karung. Sedangkan tanpa organik hanya bisa mencapai 18 karung. Berat dengan organik perkarungnya mencapai 65 kg sedangkan tanpa organik hanya kisaran 50 kg.
Daeng Tunru di Ana'sappu memiliki luas lahan 10 are. Hasil dari 10 are dengan menggunakan pupuk organik bisa mencapai 16 karung. Tanpa organik hanya kisaran 8 karung. Menurut Daeng Tunru struktur tanah menjadi baik dengan pupuk organik.
Komentar
Posting Komentar